Januari 08, 2009

IRONI NEGERI BERAS

Judul : IRONI NEGERI BERAS Penulis : Khudori Penerbit : INSIST Press, Yogyakarta Cetakan : I, Juni 2008 Tebal : xvi + 366 Halaman

Indonesia adalah salah satu produsen dan konsumen penting beras dunia dan petani Indonesia merupakan kelompok masyarakat yang paling beruntung dengan keadaan tersebut. Sekitar 70 persen dari 25,4 juta rumah tangga petani adalah petani beras. Para petani akan menuai hasil karena di tangan petanilah produksi pangan dilakukan. Melalui tangan petani pula distribusi pangan disalurkan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, di tengah melonjaknya harga pangan dunia, para petani ibarat ayam mati di lumbung padi, sebab penghasil pangan manusia itulah yang menjadi kelompok pertama yang menderita kelaparan.

Ironisnya lagi, propinsi-propinsi yang tergolong lumbung pangan nasional dan pangannya selalu surplus, seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan justru dilanda rawan pangan. Rasanya ada yang salah di dalam pemerintahan negeri Pertiwi ini. Seakan penduduk Indonesia sedang terkulai lemas di hamparan sawah hijau produktifnya. Haruskah ini semua terjadi ? Apa penyebabnya? Khudori dalam bukunya berjudul Ironi Negeri Beras ini memberikan jawabannya. Setidaknya ada tiga hal mendesak yang ditekankan dalam buku setebal 366 halaman ini agar negeri ini kembali bangkit menjadi negeri yang kaya beras.

Pertama, mempertimbangkan pengolahan pertanian dengan prinsip keragaman hayati dan kearifan lokal. Dengan kearifan lokal, terbukti nenek moyang kita mampu membangun kebutuhan akan obat farmasi, bahan kosmetika dan pangan bergizi dari flora dan fauna. Dari cara-cara itu, usia hidup nenek moyang kita bisa melebihi 80-90 tahun.

Kedua, sudah saatnya Indonesia tak lagi menjadi ’anak manis’ kebijakan internasional semacam IMFdan WTO. Indonesia harus berdiri diatas kaki sendiri dalam menentukan ketahanan pangan. Sebab terbukti liberalisasi pasar pangan domestik justru memperburuk ketahanan pangan nasional. Sudah semestinya Indonesia belajar dari sejarah. Sejauh ini, negara-negara maju masih memberikan subsidi demikian besar kepada para petaninya bukan semata-mata karena negara-negara tersebut kaya, melainkan karena pangan adalah cerminan kedaulatan bangsa Sungguh merupakan sebuah ironi ketika pemerintah Indonesia justru menarik subsidi sehingga menyebabkan petani berada dalam kubangan kemiskinan.

Ketiga, segera melakukan reformasi agraria. Ibarat sebuah rumah, reformasi agraria merupakan pekerjaan memasang fondasi rumah. Rumah bisa saja berdiri tanpa pondasi, namun rumah tak akan bertahan lama reformasi agraria merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam merombak dan menata kembali bentuk-bentuk penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria dan hubungan sosial agraria bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tanpa reformasi agraria, seluruh usaha teknologis dan moneteris di pedesaan dan pertanian untuk menjadikannya sebagai motor penggerak industri manufaktur hanya akan berakhir dengan ketimpangan, karena akar masalahnya sebenarnya berasa pada alokasi sumberdaya yang tidak adil.

Nah, udah ngerti kan garis besar dari buku ini? Disini kita jadi bisa tau gimana sih sebenernya keadaan pangan Indonesia, nggak cuma denger dari orang aja..

Dari potongan cerita di atas, moga-moga temen-temen di TP bisa langsung tanggap dengan apa yang harus kita lakukan. Manfaatin semua ilmu yang udah kita dapetin selama ini untuk membuat Indonesia lebih maju daripada sebelumnya. Ilmu jangan cuma disimpen sendiri donk !!

Semoga apa yang akan kita lakukan akan memberikan sebuah hasil yang bisa membuat Indonesia sedikit lebih maju (setidaknya) dan membuat Fakultas Teknologi Pertanian (fakultas tercinta kita!) mempunyai andil yang sangat besar dalam bidang pangan di negeri pertiwi ini.

Amiinn… (Aulia)

Artikel yang Berhubungan:



Artikel yang Berhubungan:



1 komentar:

  1. Terimakasih telah mengulas buku IRONI NEGERI BERAS. Rehal buku ikut ditaut-lansir ke: http://blog.insist.or.id/insistpress/id/arsip/1759

    BalasHapus